Pondok Pesantren Manba'ul Ulum, Jl. Mawar Merah 124 Sukorembug Sidomulyo Kota Batu Jawa Timur

Pengasuh Pondok Pesantren Manba'ul Ulum

KH. Muhammad Abdul Djalil, Pengasuk Pondok Pesantren Manba'ul Ulum Sukorembug Sidomulyo Kota Batu

Dzurriyah Pondok Pesantren

Keluarga Dalem Pondok Pesantren Manba'ul Ulum pada sebuah acara Haflah Akhirussanah di PPMU

Kegiatan Pengajian Santri

Kegiatan pengajian santri sistem sorogan dan bandongan sebagai pengajian khas pesantren Manba'ul Ulum

Pengurus Putra Pondok Pesantren

Pengurus Putra PPMU dari masa ke masa terus berkelanjutan dengan periodesasi 2 tahun

Kegiatan di Luar Pesantren

Sebagian santri Pondok Pesantren Manba'ul Ulum Batu mengikuti kegiatan Ziarah Auliya' khususnya di Wilayah Jawa Timur

Rabu, 13 April 2016

Mengenal Silsislah Keluarga Besar Bani Muhtady Rodhin Slatri

Berikut kami release bagan silsilah keluarga besar Bany Muhyady Rodhin. Ini dimaksudkan untuk mempermudah para santri untuk mengenal keluarga pesantren juga memudahkan untuk berkirim fatihah. Bagan ini kami sarikan dari http://almuhtady.blogspot.co.id pada beranda keluarga yang diterbitkan pada 27 September 2014. Kepada keluarga besar Bani Muhtady Rodhin, kami mohon maaf apabila ada redaksi yang tidak sesuai dan kurang berkenan.


Melihat Kitab Pusaka Kyai Muhtady Rodhin


Kitab Karya At Tilmisany

Bangsa yang besar adalah mereka yang menghargai pendahulunya.

Banyak peninggalan pendahulu kita, dalam bentuk beragam. Yang mana, dari hal itu bisa menunjukkan bahwa mereka adalah pribadi-pribadi istimewa dimasanya.
Kitab Bahjah al-Ulum, dan keterangan yang berada di bagian luar
Diantara peninggalan tersebut adalah naskah kitab yang dituliskan tangan beliau Mbah Muhtady. Sebagian berada di ndalem kasepuhan, ada juga yang berada di kediaman Ny. Maslahah.
Kitab bidang fiqh, namun tidak diketahui judulnya
 Sumber : http://almuhtady.blogspot.co.id

Jumat, 11 Maret 2016

Fiqh Sosial, Gagasan Khas Pesantren

Fiqh sosial perlu dideklrasikan sebagai gagasan khas pesantren. Itu dimaksudkan untuk perkembangan fiqh dan arah kemaslahatan umat Islam Indonesia. Karena saat ini berkembang fiqh berhaluan radikal di Indonesia.

Demikian disampaikan Rektor Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) KH Abdul Ghaffar Rozin, dalam acara Seminar Nasional yang bertajuk “Fiqh Sosial: Masa Depan Fiqh Indonesia” di Aula kampus setempat, Kamis, (28/1) lalu.

“Fiqh sosial lahir dari keresahan Kiai Sahal terhadap kajian fiqh yang mengalami stagnasi. Dari itu, Kiai Sahal bertekad untuk melakukan terobosan sebagai upaya memecahkan berbagai persoalan masyarakat menggunakan fiqh,” ujarnya.

Sosok yang kerap disapa Gus Rozin ini melanjutkan, menemukan formula ijtihad oleh Kiai Sahal, merupakan poin penting dalam mendekatkan fiqh dengan isu-isu kekinian. Tawaran Kiai Sahal melalui lima prinsip pokok dalam Fiqh Sosial merupakan terobosan yang penting dalam pengembangan masa depan fiqh Indonesia. Selain itu, fiqh Indonesia ini juga untuk menghalau fiqh-fiqh radikal yang mulai bermunculan.

“Kaitannya dengan mashlahah, Kiai Sahal memilih ijtihad jama’i. Kedua hal ini seharusnya diteladani oleh masyarakat pesantren dari Kiai Sahal agar lebih dinamis dalam merespon isu-isu kekinian,” tegasnya.

Dalam Seminar itu turut hadir KH Abdul Ghofur Maimun dan Abdul Moqsith Ghazali sebagai narasumber. Di waktu yang sama ada peluncuran buku ketiga yang ditulis oleh para peneliti Pusat Studi Pesantren & Fiqh Sosial IPMAFA. (suhendra/abdullah alawi)

Sumber : http://www.nu.or.id 

Minggu, 01 November 2015

Pengembangan Wisata Kota Batu & Perlindungan Budaya Lokal

MELINDUNGI BUDAYA LOKAL
BATU – Kehadiran Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun di Kota Batu Senin, 26 Oktober 2015 malam membawa atmosfer tersendiri di kota wisata tersebut. Budayawan sekaligus intelektual muslim asal Jombang ini selalu menyajikan guyonan-guyonan segar, ringan, khas yang sarat akan pengetahuan dan wawasan di setiap “pengajiannya”. Cak Nun dan Kiai Kanjeng hadir di Lapangan Gelora Arjuno Bumiaji, Kota Batu untuk membangun kebersamaan dengan masyarakat khususnya Kota Batu.
“Ngaji atau sinau bareng ini artinya kita bersama-sama mencari dan membangun aji (martabat) kita sebagai manusia. Pemimpin bangsa, atau misalnya walikota punya Aji lebih tinggi dibanding rakyatnya apabila Ia menjalankan amanah yang diberikan oleh rakyatnya. Sebab walikota punya akses dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding rakyat.” kata Cak Nun.
Kegiatan yang bertajuk Sinau Bareng Cak Nun dan Pagelaran Kiai Kanjeng Gamelan Orkestra ke 36 ini digelar sebagai bagian dari puncak acara bersih dan selamatan Desa Bumiaji sekaligus merayakan HUT Kota Batu ke 14. Hadir dalam kegiatan tersebut Walikota Batu Eddy Rumpoko sekalian, ketua DPRD Cahyo Edi Purnomo, Dandim 0818, Danlanud Abdurrahman Saleh, serta jajaran Forkompinda. Diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Camat Bumiaji Aris dan Cak Nun didampingi Wali Kota sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang dilimpahkan pada desa tersebut.
Untuk hajat Desa Bumiaji Cak Nun mengajak masyarakat serta segenap tokoh masyarakat menyanyikan lagu syukur karya Habib Muntohar serta doa untuk keberlangsungan Kota Batu.
“Semua ingin hidup tentram damai sejahtera. Syaratnya dalam kehidupan selalu mengeluarkan energi positif yang baik. Tidak iri ataupun saling membenci, bahkan menyakiti. Melalui “ngaji” ini semoga diri kita dan keluarga dibersihkan dari dosa-dosa perilaku yang menyakitkan. Serta berguna bagi Kota Batu dan negara,” kata Eddy Rumpoko (ER) dalam sambutannya.
Suasana hangat, akrab, dan kedekatan diri Cak Nun pada masyarakat membawa kehangatan di tengah hawa dingin Kota Batu malam itu. Ia memberikan pengertian ajaran agama Islam secara sederhana, lugas, dan mudah diterima oleh kalangan manapun.
“Pada dasarnya Islam datang untuk membawa kebahagiaan. Ibadah, sholat, shodaqoh hendaknya dilakukan dengan bahagia. Hidup itu untuk dinikmati. Melarat yo kudu dinikmati,” kata Cak Nun dengan logat Jawanya yang kental.
Ia juga menambahkan bahwa sembahyang tidak saklek diartikan sebagai sholat 5 waktu tapi sembahyang artinya sujud pasrah ikhlas kepada Allah. Ia menekankan pada pentingnya Ridho dan Ikhlas kepada Allah.
“Tidak masalah terlambat sholat berjamaah yang penting niat dan iklhas dalam menjalankan sholat itu yang lebih penting. Jangan minta terus, berkonsentrasilah untuk memberi,” tambahnya.
Jiwa nasionalis dalam diri Cak Nun juga selalu mengiringi pengajian tersebut. Melalui gamelan Kiai Kanjeng melantunkan lagu wajib nasional Indonesia Raya. Cak Nun menjelaskan bahwa lagu ciptaan W. R. Supratman tersebut terdiri dari 3 stanza. Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku. Indonesia tanah yang suci tanah kita yang sakti, Indonesia tanah yang mulya tanah kita yang kaya.
“Untuk para guru hal-hal seperti ini mbok ya diajarkan kepada murid-muridnya. Mereka banyak yang ndak tau kalau lagu Indonesia Raya terdiri dari 3 stanza. Nah nanti diajarkan, cek ne eruh,” katanya masih dalam logat jawa.
Sebagai seorang budayawan Cak Nun juga mewanti-wanti Kota Batu agar tidak kehilangan budayanya meski sudah tumbuh pesat sebagai Kota Pariwisata. Melalui pernyataannya ER juga menegaskan bahwa Kota Batu memiliki keanekaragaman budaya seperti Bantengan, reog, sego jagung, arsitek rumah jawa. Sehingga jangan sampai warga Batu kehilangan kepribadian, keguyuban, dan kegotong-royongan.
Acara sinau bareng tersebut berlangsung dengan khidmad meski seringkali diiringi dengan gelak tawa masyarakat. Pengajian khas ala Cak Nun yang sarat wawasan kebangsaan, nasionalisme, psikologi, budaya, hingga spiritual itu berakhir dini hari. (luh/rev) (http://www.malangpagi.com)

JAGA ALAM KOTA BATU
Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun menyambut positif kepemimpinan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko karena sukses mengembangkan obyek wisata di Kota Batu. Tapi di sisi lain, Cak Nun juga berpesan agar lingkungan dan budaya lokal tetap diperhatikan.
Hal itu disampaikan Cak Nun saat Sinau Bareng bersama ribuan warga Malang Raya di lapangan Gelora Ajurno, Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Senin (26/10) kemarin malam. Sinau Bareng adalah sebutan pengajian Cak Nun bersama warga Malang Raya.
Cak Nun memaparkan, alam yang hijau menjadi berkah bagi warga Kota Batu, sehingga harus senantiasa dijaga. Cak Nun mengajak warga Kota Batu untuk menanam tanaman pangan. Seperti sayuran hingga buah-buahan.
Menurutnya, lahan pertanian di Kota Batu cocok untuk tanaman pangan. Sebab, Kota Batu tidak pernah kekeringan, sehingga bisa menyediakan pangan bagi warga Kota Batu. ”Ayo bersama-sama membangun Aji atau martabat sebagai manusia,” kata Cak Nun di hadapan ribuan jamaahnya. (http://radarmalang.co.id)

CAK NUN: PUJI NAMA DESA BUMIAJI
 Emha Ainun Nadjib atau akrab sapa Cak Nun, mengatakan jika nama Desa "Bumiaji" merupakan nama desa yang paling bagus di Indonesia.
Hal itu dikatakan Cak Nun dalam penyelenggaraan 'Sinau Bareng Cak Nun' yang digelar di Stadion Gelora Arjuno, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji.
"Allah itu menciptakan Bumi, Bumi itu Tanah dan Aji adalah karakter atau harga diri, jadi Bumiaji adalah tanah yang penuh kehormatan," ujar Cak Nun kepada masyarakat.
Kemudian, Cak Nun juga menjelaskan, jika "aji" di kalangan akademisi digunakan untuk "mengkaji", yang menurutnya mengkaji dengan menggunakan akal.
Sedangkan dalam kalangan santri, "aji" digunakan untuk "menggali aji" atau mengaji. "Praktiknya memang baca Al Quran, tapi hasilnya adalah Ajining Urip atau kehormatan hidup," tambahnya.
'Sinau Bareng Cak Nun' tersebut dalam rangka selamatan Desa Bumiaji bersama perayaan HUT ke 14 Kota Batu.
Dalam penyelenggaraan tersebut dihadiri Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, Ketua DPRD Kota Batu, Cahyo Edi Purnomo dan seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah.
Turut hadir juga Komandan Angkatan Udara Abdurahman Saleh dan juga Komandan Aangkatan Laut.(*)(http://www.timesindonesia.co.id)

KH. Hazim Sirojuddin: 38 Pesantren di Kota Batu Sambut Hari Santri

TIMESINDONESIA, MALANGTIMES - Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PC NU) Kota Batu besok juga turut memeriahkan Hari Santri dengan kirab santri dari 38 Pondok Pesantren di Kota Batu.
Ketua PC NU Kota Batu, KH Sirojudin Hasyim mengatakan, pihaknya mendukung program dari Presiden, tentang ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri.
"Kita sambut dengan kirab santri dari 38 pondok pesantren di Kota Batu," ujar KH Hasyim Sirojudin  saat dihubungi MALANGTIMES melalui telepon, Rabu, (21/10/2015).
Selain itu,  mereka juga akan melakukan ziarah ke makam dua mantan presiden Republik Indonesia. "Pengurus NU akan mengadakan ziarah mantan presiden RI Soekarno dan Gus Dur," terangnya.
Pengurus juga menyiapkan beberapa agenda yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sirojudin berharap dengan adanya hari santri, pemerintah akan lebih perhatian dengan pendidikan di pesantren.
"Semoga bisa diperhatikan lagi agar lebih bisa mencerdaskan para santri, baik dari pendidikan, akhlak dan juga budaya," tandasnya. (*)

sumber : http://www.timesindonesia.co.id