Pondok Pesantren Manba'ul Ulum, Jl. Mawar Merah 124 Sukorembug Sidomulyo Kota Batu Jawa Timur

Pengasuh Pondok Pesantren Manba'ul Ulum

KH. Muhammad Abdul Djalil, Pengasuk Pondok Pesantren Manba'ul Ulum Sukorembug Sidomulyo Kota Batu

Dzurriyah Pondok Pesantren

Keluarga Dalem Pondok Pesantren Manba'ul Ulum pada sebuah acara Haflah Akhirussanah di PPMU

Kegiatan Pengajian Santri

Kegiatan pengajian santri sistem sorogan dan bandongan sebagai pengajian khas pesantren Manba'ul Ulum

Pengurus Putra Pondok Pesantren

Pengurus Putra PPMU dari masa ke masa terus berkelanjutan dengan periodesasi 2 tahun

Kegiatan di Luar Pesantren

Sebagian santri Pondok Pesantren Manba'ul Ulum Batu mengikuti kegiatan Ziarah Auliya' khususnya di Wilayah Jawa Timur

Minggu, 01 November 2015

Pengembangan Wisata Kota Batu & Perlindungan Budaya Lokal

MELINDUNGI BUDAYA LOKAL
BATU – Kehadiran Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun di Kota Batu Senin, 26 Oktober 2015 malam membawa atmosfer tersendiri di kota wisata tersebut. Budayawan sekaligus intelektual muslim asal Jombang ini selalu menyajikan guyonan-guyonan segar, ringan, khas yang sarat akan pengetahuan dan wawasan di setiap “pengajiannya”. Cak Nun dan Kiai Kanjeng hadir di Lapangan Gelora Arjuno Bumiaji, Kota Batu untuk membangun kebersamaan dengan masyarakat khususnya Kota Batu.
“Ngaji atau sinau bareng ini artinya kita bersama-sama mencari dan membangun aji (martabat) kita sebagai manusia. Pemimpin bangsa, atau misalnya walikota punya Aji lebih tinggi dibanding rakyatnya apabila Ia menjalankan amanah yang diberikan oleh rakyatnya. Sebab walikota punya akses dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding rakyat.” kata Cak Nun.
Kegiatan yang bertajuk Sinau Bareng Cak Nun dan Pagelaran Kiai Kanjeng Gamelan Orkestra ke 36 ini digelar sebagai bagian dari puncak acara bersih dan selamatan Desa Bumiaji sekaligus merayakan HUT Kota Batu ke 14. Hadir dalam kegiatan tersebut Walikota Batu Eddy Rumpoko sekalian, ketua DPRD Cahyo Edi Purnomo, Dandim 0818, Danlanud Abdurrahman Saleh, serta jajaran Forkompinda. Diawali dengan pemotongan tumpeng oleh Camat Bumiaji Aris dan Cak Nun didampingi Wali Kota sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang dilimpahkan pada desa tersebut.
Untuk hajat Desa Bumiaji Cak Nun mengajak masyarakat serta segenap tokoh masyarakat menyanyikan lagu syukur karya Habib Muntohar serta doa untuk keberlangsungan Kota Batu.
“Semua ingin hidup tentram damai sejahtera. Syaratnya dalam kehidupan selalu mengeluarkan energi positif yang baik. Tidak iri ataupun saling membenci, bahkan menyakiti. Melalui “ngaji” ini semoga diri kita dan keluarga dibersihkan dari dosa-dosa perilaku yang menyakitkan. Serta berguna bagi Kota Batu dan negara,” kata Eddy Rumpoko (ER) dalam sambutannya.
Suasana hangat, akrab, dan kedekatan diri Cak Nun pada masyarakat membawa kehangatan di tengah hawa dingin Kota Batu malam itu. Ia memberikan pengertian ajaran agama Islam secara sederhana, lugas, dan mudah diterima oleh kalangan manapun.
“Pada dasarnya Islam datang untuk membawa kebahagiaan. Ibadah, sholat, shodaqoh hendaknya dilakukan dengan bahagia. Hidup itu untuk dinikmati. Melarat yo kudu dinikmati,” kata Cak Nun dengan logat Jawanya yang kental.
Ia juga menambahkan bahwa sembahyang tidak saklek diartikan sebagai sholat 5 waktu tapi sembahyang artinya sujud pasrah ikhlas kepada Allah. Ia menekankan pada pentingnya Ridho dan Ikhlas kepada Allah.
“Tidak masalah terlambat sholat berjamaah yang penting niat dan iklhas dalam menjalankan sholat itu yang lebih penting. Jangan minta terus, berkonsentrasilah untuk memberi,” tambahnya.
Jiwa nasionalis dalam diri Cak Nun juga selalu mengiringi pengajian tersebut. Melalui gamelan Kiai Kanjeng melantunkan lagu wajib nasional Indonesia Raya. Cak Nun menjelaskan bahwa lagu ciptaan W. R. Supratman tersebut terdiri dari 3 stanza. Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku. Indonesia tanah yang suci tanah kita yang sakti, Indonesia tanah yang mulya tanah kita yang kaya.
“Untuk para guru hal-hal seperti ini mbok ya diajarkan kepada murid-muridnya. Mereka banyak yang ndak tau kalau lagu Indonesia Raya terdiri dari 3 stanza. Nah nanti diajarkan, cek ne eruh,” katanya masih dalam logat jawa.
Sebagai seorang budayawan Cak Nun juga mewanti-wanti Kota Batu agar tidak kehilangan budayanya meski sudah tumbuh pesat sebagai Kota Pariwisata. Melalui pernyataannya ER juga menegaskan bahwa Kota Batu memiliki keanekaragaman budaya seperti Bantengan, reog, sego jagung, arsitek rumah jawa. Sehingga jangan sampai warga Batu kehilangan kepribadian, keguyuban, dan kegotong-royongan.
Acara sinau bareng tersebut berlangsung dengan khidmad meski seringkali diiringi dengan gelak tawa masyarakat. Pengajian khas ala Cak Nun yang sarat wawasan kebangsaan, nasionalisme, psikologi, budaya, hingga spiritual itu berakhir dini hari. (luh/rev) (http://www.malangpagi.com)

JAGA ALAM KOTA BATU
Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun menyambut positif kepemimpinan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko karena sukses mengembangkan obyek wisata di Kota Batu. Tapi di sisi lain, Cak Nun juga berpesan agar lingkungan dan budaya lokal tetap diperhatikan.
Hal itu disampaikan Cak Nun saat Sinau Bareng bersama ribuan warga Malang Raya di lapangan Gelora Ajurno, Dusun Banaran, Desa Bumiaji, Senin (26/10) kemarin malam. Sinau Bareng adalah sebutan pengajian Cak Nun bersama warga Malang Raya.
Cak Nun memaparkan, alam yang hijau menjadi berkah bagi warga Kota Batu, sehingga harus senantiasa dijaga. Cak Nun mengajak warga Kota Batu untuk menanam tanaman pangan. Seperti sayuran hingga buah-buahan.
Menurutnya, lahan pertanian di Kota Batu cocok untuk tanaman pangan. Sebab, Kota Batu tidak pernah kekeringan, sehingga bisa menyediakan pangan bagi warga Kota Batu. ”Ayo bersama-sama membangun Aji atau martabat sebagai manusia,” kata Cak Nun di hadapan ribuan jamaahnya. (http://radarmalang.co.id)

CAK NUN: PUJI NAMA DESA BUMIAJI
 Emha Ainun Nadjib atau akrab sapa Cak Nun, mengatakan jika nama Desa "Bumiaji" merupakan nama desa yang paling bagus di Indonesia.
Hal itu dikatakan Cak Nun dalam penyelenggaraan 'Sinau Bareng Cak Nun' yang digelar di Stadion Gelora Arjuno, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji.
"Allah itu menciptakan Bumi, Bumi itu Tanah dan Aji adalah karakter atau harga diri, jadi Bumiaji adalah tanah yang penuh kehormatan," ujar Cak Nun kepada masyarakat.
Kemudian, Cak Nun juga menjelaskan, jika "aji" di kalangan akademisi digunakan untuk "mengkaji", yang menurutnya mengkaji dengan menggunakan akal.
Sedangkan dalam kalangan santri, "aji" digunakan untuk "menggali aji" atau mengaji. "Praktiknya memang baca Al Quran, tapi hasilnya adalah Ajining Urip atau kehormatan hidup," tambahnya.
'Sinau Bareng Cak Nun' tersebut dalam rangka selamatan Desa Bumiaji bersama perayaan HUT ke 14 Kota Batu.
Dalam penyelenggaraan tersebut dihadiri Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, Ketua DPRD Kota Batu, Cahyo Edi Purnomo dan seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah.
Turut hadir juga Komandan Angkatan Udara Abdurahman Saleh dan juga Komandan Aangkatan Laut.(*)(http://www.timesindonesia.co.id)

KH. Hazim Sirojuddin: 38 Pesantren di Kota Batu Sambut Hari Santri

TIMESINDONESIA, MALANGTIMES - Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PC NU) Kota Batu besok juga turut memeriahkan Hari Santri dengan kirab santri dari 38 Pondok Pesantren di Kota Batu.
Ketua PC NU Kota Batu, KH Sirojudin Hasyim mengatakan, pihaknya mendukung program dari Presiden, tentang ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri.
"Kita sambut dengan kirab santri dari 38 pondok pesantren di Kota Batu," ujar KH Hasyim Sirojudin  saat dihubungi MALANGTIMES melalui telepon, Rabu, (21/10/2015).
Selain itu,  mereka juga akan melakukan ziarah ke makam dua mantan presiden Republik Indonesia. "Pengurus NU akan mengadakan ziarah mantan presiden RI Soekarno dan Gus Dur," terangnya.
Pengurus juga menyiapkan beberapa agenda yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sirojudin berharap dengan adanya hari santri, pemerintah akan lebih perhatian dengan pendidikan di pesantren.
"Semoga bisa diperhatikan lagi agar lebih bisa mencerdaskan para santri, baik dari pendidikan, akhlak dan juga budaya," tandasnya. (*)

sumber : http://www.timesindonesia.co.id

Senin, 05 Oktober 2015

KH. Nur yasin, BA: Addu'aau Silaahul Mukmin

Berikut Pesan KH. Nur Yasin, BA 15 tahun silam pada acara Wisuda el Mutakhorrijin Madrasah, Awaliyah, Wastiyah, dan Uluwiyah Tahun 1420-1421 H/ 1999-2000 M Pondok Pesantren Manba'ul Ulum Kota Batu. Pesan ini diagendakan dalam sanbutan buku agenda bertajuk AKTIV 21 (Agenda Khotimin Vaforit 1421 H).


Senin, 28 September 2015

Pendidikan Pesantren, Pendikan Pendorong Kemajuan Zaman

Oleh : Muhammad Sidqon Hadi
Banyak kalangan menyebut komunitas pesantern sebagai komunitas terpinggir, terbelakang, kaum kolot, kaum desa. jauh dari kemajuan zaman. Bahkan, pesantren dituduh menghambat kemajuan zaman. Tudingan miring ini semakin hari semakin beragam dan melebar, bahkan kerap disebut sebagai sarang teroris. Bahkan hingga kini, tudingan itu terus tertuju pada pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran yang berbasis nilai (value) itu sebagai penghambat kemajuan.
Tudingan diatas akibat kekeliruan dalam memahami arti 'kemajuan' itu sendiri. Jika sedari awal sudah keliru, maka kekeliruan berikutnya akan terus berlanjut hingga pada titik salah kaprah. Kemajuan adalah sebuah titik dimana seseorang sudah semakin dekat dengan tujuan yang hendak dicapai.
Maka tujuan utama pesantren adalah pendidikan dan pengajaran pembentukan karakter dan pengembangan nalar menuju kebahagiaan dunia akherat. Maka semakin dekat mereka dengan kebahagian itu, maka mereka telah mencapai yang disebut sebagai 'kemajuan' itu sendiri.
Sayangnya, ukuran kemajuan zaman ini telah berubah. Kebanyakan orang memaksakan bahwa ukuran kemajuan semata-mata diukur dari keberhasilan bernilai duniawi saja yang jelas bertolak belakang  dengan tujuan pesantren.
Kenyataan sejarah menyebutkan; Pondok Pesatren merupakan Pusat Transformasi Ajaran Islam tertua di Indonesia dengan sistem lingkungan pendidikan yang integral, menurut Agus Sunyoto ada dua hal yang dilakukan sekaligus oleh Pondok Pesatren Sebagai Lembaga Pendidikan; (1) Proses Pendidikan; dengan Pendidikan Pondok Pesatren melakukan Pembentukan karakter dan, (2) Proses Pengajaran; dengan Proses Pengajaran Pondok Pesatren melakukan pengembangan nalar.

(Disarikan dari ceramah Gus Hazim Sirojuddin pada Reuni Ke-16 Hisam Baskoro, 25 Juli 2015 di Karanganom Weleri Kendal). [foto: id.wikipedia]

Rabu, 23 September 2015

Khutbah Idul Adha 1436 H: Generasi Anak Shaleh dan Pesan Keagamaan Idul Adha

Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah Swt, ibadah kurban adalah merupakan bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka: Orang-orang fakir dan orang miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di Negara Indonesia, dengan nilai tukar rupiah yang anjlok di atas Rp. 14.000,- dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan saudara-saudara kita, adalah kewajiban bagi kita semua untuk membantu mereka.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْ وَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ.. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah swt karena pada pagi hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat iedul ‘Adha secara berjama’ah. Idul Adha ini adalah momentum indikator ketakwaan kita pada Allah Swt sebagai bekal kita meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat nanti. Semoga kita semua selalu berusaha menjadi orang bertakwa dan termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Amien ya rabbal alamien.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Baru saja kita rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang Maha Pengasih lagi  Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri salat kita dengan menyebarkan salam sejahtera kepada semua makhluk di sekitar kita. Sejak tadi malam sampai pagi ini, kita memenuhi langit dengan suara takbir kita. “Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu akbar. Allahu akbar walillahil hamdu “.
Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari segenap penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan ilahi dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik. Innal hamda wan nikmata la wal mulk la syarika laka.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Idul Ahda yang khas dengan ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur kita pada Allah Swt. Demikian ini karena banyaknya Allah Swt. telah melimpahkan anugerah pada kita semua. Kita telah diberi banyak hal oleh Allah Swt. Anggota tubuh yang kita miliki: kepala, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lain-lain. Semuanya adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung berapa nominal harganya, pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermilyar-milyar. Demikian juga, udara yang kita hirup, biji-bijian yang kita makan, udara yang kita hirup, kendaraan yang kita tumpangi, semuanya disediakan oleh Allah Swt. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang untuk manusia. Wallahu khalaqa lakum ma fil ardli jami’a. Allah Swt. telah menciptakan yang ada di dunia untuk kalian semua. Semua kalo dihitung dengan nominal angka manusia, pasti tiada terhingga.
Tentang syukur ini, Allah Swt. Berfirman:

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya:
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur”. (QS. al-Hajj : 36)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekontruksi sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan figur-figur agung para kekasih Allah Swt. Yaitu figur Nabiullah Ibrahim AS. Figur anak hebat Nabi Ismail AS. Dan figur ibu luar biasa, Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat manusia adalah penyembelihan Nabiullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang akhirnya diganti kambing oleh Allah Swt.
Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah Swt, ibadah kurban adalah merupakan bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka: Orang-orang fakir dan orang miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di Negara Indonesia, dengan nilai tukar rupiah yang anjlok di atas Rp. 14.000,- dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan saudara-saudara kita, adalah kewajiban bagi kita semua untuk membantu mereka. Nabi Saw. Sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah kurban bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan kesalehan orang-orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, ibadah kurban adalah dalam rangka memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang yang sengsara. Qurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah Swt. bila ia sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.
Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.
Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah Swt. pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan seratus ekor unta, beliau ditanya, “Hendak kemana ia pergi”. Maka beliau menjawab, “Inni dzahibun ila rabbi sayahdin” (QS. At-Takwir: 26). Artinya: “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan dia memberi petunjukan padaku”. Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan pangkat, bukan jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup kita adalah Allah Swt.
Seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia ini, maka diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga peralatan yang lain agar manusia bisa hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga udara. Manusia juga mengkapling-kapling lautan dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk mengetahui luasnya dunia, pada akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi didaratan, lautan maupun udara. Oleh karena itu, manusia menciptakan internet dan teknologi fotografi serta televisi. Di masa sekarang, manusia hanya dengan duduk di komputer atau televisi, mereka sudah dapat menjangkau dunia yang lebih luas dan warna-warni, meskipun disajikan dalam bentuk potongan gambar, rekaman video atau foto. Mereka menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan di era visual age.
Islam –seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim—mentrandensikan jalan menuju Tuhan sebagai jalan kebahagiaan dan jalan menuju akhirat. Islam memberikan dimensi moral spritual agar aktivitas manusia memiliki tujuan yang lebih bermakna, bukan hanya sekedar mobilitas fisik tanpa tujuan yang bersifat ilahi. Pertanyaan Allah Swt. pada Nabi Ibrahim adalah pertanyaan moral yang penuh makna: Hendak dibawa kemana harta kita? Hendak dibawa mobil kita? Hendak dibawa kemana jabatan kita? Hendak dibawa kemana pangkat kita? Hendak dibawa kemana ilmu kita? Hendak dibawa kemana tubuh kita?
Di tengah hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting untuk menanyakan kembali pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer bagi manusia secara faktual dewasa ini adalah avoiding the pain, menghindari apapun yang menyakitkan. Lalu juga looking for the pleasure, mengejar apapun yang dirasakan menyenangkan. Sehingga yang muncul hanyalah kehidupan materi duniawah belaka. Sebagaimana dikatakan oleh Prof Komarudin Hidayat, bahwa salah satu dimensi dan misi manusia sebagai moral being adalah menegakkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya di manapun berada. Moral being ini harus diwujudkan dalam ruang-ruang kantor, di kamar rumah, di masjid, di restoran, di warung kopi dan sebagainya. Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju pada Allah Swt. Tuhan semesta alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. Sesungguhnya sholatku, matiku, hidupku adalah untuk Allah Swt. Setiap sholat, kita sudah seringkali mengikrarkan dalam lisan kita.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pelajaran berharga lainnya yang kita bisa teladani dari Nabi Ibrahim AS adalah bahwa tujuan tertinggi manusia adalah seperti doa Nabi Ibrahim. Rabbi lab li minasshalihin. Ya Allah berilah kami anak-anak yang soleh. Nabi Ibrahim meminta anak yang soleh. Bukan anak yang pintar. Bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak kaya, anak berpangkat dan jabatan, anak yang pintar tapi mereka tidak soleh. Karena itu, kata kuncinya adalah “anak soleh”.
Untuk mewujudkan anak yang soleh, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak soleh. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang soleh dan solehah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nbi Saw dalam mendidik anak-anak muslim: “Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca al-Qur’an”. (HR. Tabrani).
Dan Nabi juga bersabda:
علموا اولادكم فانهم مخلوقون في زمان غير زمانكم
Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu”.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Kedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita. Bagaimanapun, keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak-anak kita. Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan mempengaruhi anak-anak kita. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan berpengaruh bagi anaknya. Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya meniru. Karena itu, Abdullah Nasih Ulwan dalam “Kitab Tarbiyatul Aulad”, mengutip penyair yang melontarkan kecaman bagi pengajar atau orang tua yang tindak tanduknya bertentangan dengan ucapannya

يا ايها الرجل المعلم غيره       
                       هلا لنفسك كان ذا التعليم
تصف الدواء لذي السقام و ذي الضني
                       كما يصح به و انت سقيم
ابدأ بنفسك فانهها عن غيها
                      فاذا انتهت هىه فأنت حكيم
فهناك يقبل م وعظت و يقتدي
                     بالعلم منك و ينفع التعليم

Wahai orang
Yang mengajar orang lain
Kenapa engkau tidak juga menyadri
Dirimu sendiri.
Engkau terangkan bermacam obat
Bagi segala penyakit
Agar semua yang sakit sembuh,
Sedang engkau sendiri ditimpa sakit.
Obatilah dirimu dahulu.
Lalu cegahlah agar tidak menular pada orang lain.
Dengan demikian,
Engkau adalah seorang yang bijak
Apa yang engkau nasehatkan
Akan mereka terima dan ikuti,
Ilmu yang engkau ajarkan
Akan bermanfaat bagi mereka.   


Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang soleh atau solehah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus, tempat dimana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga pada adik-adik kita. Bordie menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”. Habitus adalah “lingkungan dari kekuatan yang ada”. Alm. KH. Abdul Muchith Muzadi, selalu memberi nasehat pada orang-orang: “Lebih baik sekolah yang berakhalkul karimah meskipun tidak bermutu daripada bermutu daripada tidak berakalakul karimah”. Untuk memilih pendidikan yang Karena itu, carilah habitus yang baik-baik. Jangan terjerumus pada habitus yang kurang baik sehingga menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut.       
        
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikianlah khutbah yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

بسم الله الرحمن الرحيم قد افلح من تزكي و ذكر اسم ربه فصلي بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّه هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA 

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر.
الحمد لله أفاض نعمه علينا وأعظم. وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. أسبغ نعمه علينا ظاهرها وباطنها وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. رسول اصطفاه على جميع البريات. ملكهاوإنسها وجنّها. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الكمال فى بقاع الأرض بدوها وقراها, بلدانها وهدنها.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد. كما صليت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم, وبارك على محمد وعلى أل محمد, كماباركت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضى الحاجات. اللهم وفقنا لعمل صالح يبقى نفعه على ممر الدهور. وجنبنا من النواهى وأعمال هى تبور. اللهم أصلح ولاة أمورنا. وبارك لنا فى علومنا وأعمالنا. اللهم ألف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا. اللهم اجعلنا نعظم شكرك. ونتبع ذكرك ووصيتك. ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار.سبحانك رب العزة عما يصفون. و سلام علي المرسلين. والحمد لله رب العالمين
عباد الله ! إن الله يأمركم بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر. يعذكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله يذكركم واشكروا على نعمه يزدكم .ولذكر الله أكبر

Dr. M.N. Harisudin, M. Fil. I Dosen Pasca Sarjana IAIN Jember dan Pasca Sarjana IAI Ibrahimy Situbondo, Katib Syuriyah PCNU Jember dan Wakil Ketua Lajnah Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur. Khutbah disampaikan pada shalat Idul Adha 1436 H di Masjid Al-Hikmah Universitas Jember.(red.Ulil)
sumber :http://www.nu.or.id

Selasa, 22 September 2015

KH Muchith Muzadi, Tak Kenal Lelah Berjuang bersama NU

Bagi warga NU masa kini, nama KH Muchith Muzadi menjadi legenda serta saksi hidup perjalanan perkembangan jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) dari masa ke masa.  Bagaimana tidak, kiai kelahiran Bangilan Tuban 90 tahun silam tersebut, memulai karir perjuangannya “secara resmi” di NU sejak tahun 1941.
Pada tahun itu, ia resmi menjadi anggota NU ditandai dengan kepemilikan kartu tanda anggota (Rasyidul ‘Adlawiyah). Kartu tersebut diperolehnya, saat ia menjadi santri Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari di Pondok Tebuireng Jombang. Sejak saat itu ia kemudian ikut termasuk dalam sebelas orang yang mendirikan Partai NU di Tuban (1952), lalu di tahun yang sama ia juga mengemban amanah sebagai Ketua GP Ansor Tuban.
Kepindahan tempat tinggalnya ke daerah lain, tak menyurutkan kakak KH Hasyim Muzadi ini untuk terus berjuang bersama NU. Sekretaris GP Ansor Yogyakarta (1961-1962), Sekrearis GP Ansor Kabupaten Malang dan Sekretaris PCNU Jember (1968-1975), wakil ketua PCNU Jember (1976-1980), Pengurus LP Ma’arif PWNU Jatim (1980-1985), Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim (1992-1995), Rais Syuriyah PBNU (1994-2004) dan Mustasyar PBNU sejak Muktamar NU ke-31 Boyolali (2004).
Bahkan ketika NU masih bersama Masyumi, Kiai Muchith tak ketinggalan untuk ikut mengabdi, antara lain sebagai Komandan Kompi Hizbullah merangkap anggota Badan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tuban (1947-1951). Karirnya di dalam pemerintahan pun tak kalah mentereng, dirinya pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Pemerintah Daerah (DPD), kemudian menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban (1959-1961).
Meski demikian, Mbah Muchith tetap dikenal sebagai pribadi yang bersahaja. Segala jabatan yang diembannya, tak membuatnya tertarik untuk menumpuk banyak harta. Satu nasihat dari salah satu sesepuh NU,KH Munasir Ali. “Chith, dulu orang-orang tua masuk NU, niat ndandakno awak (memperbaiki diri),” kata Kiai Muchith menirukan ucapan Kiai Munasir.
Namun, sayangnya pesan tersebut kini banyak tak dijalankan para warga NU. “Orang (sekarang,-red) masuk NU itu bukan ndandakno awak tapi rebutan iwak (berebut kedudukan),” begitu gurauan Kiai Muchith.
Khittah NU
Keterlibatannya begitu besar, dalam perumusan konsep menjelang muktamar di Situbondo tahun 1984 yang kemudian memutuskan khittah jam’iyyah NU, kembalinya NU ke kancah perjuangan, meninggalkan dunia politik praktis. Bersama KH Achmad Shiddiq, Rais Aam Syuriyah PBNU (1984-1989), Kiai Muchith sering disebut sebagai sosok yang mewarnai pemikiran dan gagasan Kiai Achmad Shiddiq. Hampir semua ide-ide cemerlang Kiai Achmad disampaikan terlebih dahulu kepada Kiai Muchith untuk dikonsep dan diketik dengan baik, sebelum disebarkan ke khalayak. Termasuk konsep “Khittah NU, Islam dan Asas Tunggal” yang fenomenal.
Tak Kenal Lelah
Di usianya yang tak lagi muda, semangat tokoh satu ini untuk terus berjuang bersama NU, memang patut untuk kita tiru. Sebagai sesepuh dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mbah Muchith, tak pernah lelah untuk memberikan semangat kepada generasi penerus.
Seperti yang dikatakannya, saat menerima kunjungan dari para Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, beberapa waktu lalu, di rumahnya, Malang. “Cintailah kiai dan rawatlah NU,” pesan Mbah Muchit singkat.
Tak ada kata menyerah bagi Mbah Muchith. Dalam kondisi yang seperti itu, dia masih selalu aktif dalam berbagai kegiatan NU. Meski tempat acara itu, berada di Jakarta atau Surabaya, dia datang sambil duduk di kursi roda. “Mumpung aku isih urip (selagi saya masih hidup),” tuturnya. (Ajie Najmuddin)

Sumber pendukung: Ahmad Mundzir dan Nurcholis, Perjalanan NU Tuban, 2014.
Smmber : http://www.nu.or.id

Minggu, 20 September 2015

Workshop Jurnalistik Jatim, PC IPNU Kota Batu Boyong Juara 1

Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) Jawa Timur gelar Workshop Jurnalistik Pelajar dan Santri Pondok Pesantren Tahun 2004 di Gedung SMAI Al Ma’arif Singosari Malang pada 7-10/12.
Kegiatan bertajuk Workshop Jurnalistik Jawa Timur Untuk Pengelola Majalah Sekolah dan Pesantren diikuti Seratusan Pelajar dan Santri di Jawa Timur. Mereka adalah perwakilan daerah yang sejak sebelumnya sudah diseleksi di tingkat kabupaten.
Tak terkecuali Pimpinan Cabang IPNU Kota Batu yang berpartisipasi mengirimkam kadernya pada Workshop bergengsi ini. “Kami mengirimkan kader terbaik PC IPNU Kota Batu untuk mengikuti Workshop Jurnalistik ini,” terang A. Rofiq Ketua PC IPNU Kota Batu.
Dari perwakilan PC IPNU Kota Batu mengirimkan 3 peserta. Diantaranya Rekan Yuniar Arrifiandi dari PC IPNU Kota Batu, Siswanto Irvan M dari Komisariat IPNU Pondok Pesantren Manba’ul Ulum Sidomulyo Kota Batu, dan Rekan Eko P dari Komisariat IPNU SMAI Hasyim Asy’ari Kota Batu.
Setelah acara pembukaan dan season materi pada hari pertama dan kedua, dilanjutkan lomba menulis Head Line News pada hari ketiga. Dengan Judul  ‘UKM Sepatu Sandal mengangkat Ekonomi Masyarakat’ di Wilayah Singosari, PC IPNU Kota Batu berhasil memboyong Juara 1. “Yang menjadi Juara 1 akan saya berikan penghargaan khusus,” terang Kamilun Muhtadin yang saat itu menjabat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang.
Menurut Ketua PW IPNU Jatim Nur Hidayat, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pelajar dan santri di bidang kejurnalistikan. “Diharapkan dengan Workshop ini para peserta bisa menciptakan media di lingkungannya masing-masing,” paparnya saat acara pembukaan.
Acara kerjasama PW IPNU Jatim dengan KOMPAS ini ditutup dengan upacara penutupan dan penyerahan Penghargaan kepada para juara 1,2, dan 3. Selain marchendhise berupa kaos, buku memori, dan marchendise lainnya, juga piala dari Dinas Pendidikan Kabupaten Malang untuk juara1.

Diolah dari berbagai sumber

Adab Menyembelih Hewan Qurban menurut Rais Syuriyah PBNU

Pringsewu, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, MAg menyikapi praktik di masyarakat dalam menyembelih hewan hewan qurban. Menurut Gus Ishom, panggilan akrabnya, dimasyarakat sering dipraktikkan tata cara menyembelih hewan qurban yang tidak menggunakan adab atau tata penyembelihan yang baik.

Hal ini disampaikan Gus Ishom di depan Jamaah Ngaji Ahad (Jihad) Pagi, Ahad (20/9) yang rutin dilaksanakan di Gedung NU Pringsewu. Jihad Pagi ini di moderatori oleh H Sujadi yang merupakan Mustasyar PCNU Pringsewu.

Gus Ishom menyebutkan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan petugas penyembelih adalah dengan menyembelih hewan qurban di depan hewan qurban lain. "Jangan lakukan tindakan yang seakan meneror kepada hewan-hewan qurban lain. Makanya kadang ada ditemukan hewan yang mengamuk sebelum disembelih karena diteror seperti itu," ungkapnya.

Tindakan teror lain yang tidak sesuai dengan adab menyembelih adalah menghunus alat menyembelih didepan hewan qurban. "Kadang malah ada penjagal yang mengasah pisaunya didepan kepala hewan yang akan di sembelih. Hal ini tidak baik dilakukan karena para sahabat nabi pernah mengingatkan akan hal-hal tersebut," katanya.

Selain hal itu, Gus Ishom juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berqurban ditinjau dari Ilmu Fiqh. Hal tersebut diantaranya mengenai diperbolehkannya melakukan qurban yang diniatkan untuk orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia. Hal ini dijabarkan Gus Ishom dengan merujuk kepada Kitab Fiqh Bajuri Juz 2 halaman 378.

Dalam kitab tersebut juga dijelaskan bahwa qurban ada yang hukumnya sunnah dan ada yang wajib. "Sunnah jika memiliki niatan mendekatkan diri kepada Allah dan wajib jika yang akan berqurban memiliki nadzar atas qurbannya," terangnya. "Dan yang wajib ini, yang berqurban tidak diperbolehkan memakan daging qurbannya," tambahnya.

Berkaitan dengan hal ini, H Sujadi berharap materi yang telah disampaikan dapat menambah pemahaman agar dapat berkurban sesuai dengan tuntunan. "Mudah mudahan seluruh qurban dan pengorbanan yang dilakukan di Hari Raya Idul Adha kali ini di terima oleh Allah SWT," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Fathoni)
Sumber : http://www.nu.or.id

Rabu, 16 September 2015

16 Kloter Terakhir Tiba Di Makkah Hari Ini Dan Besok

Makkah (Pinmas) —- Masa pemberangkatan jamaah haji Indonesia gelombang kedua memasuki hari terakhir. Sebanyak enam belas kloter terakhir akan diberangkatkan dan diperkirakan akan tiba di Makkah sepanjang hari ini, Kamis (17/09) hingga besok, Jumat (18/09).
“Tigabelas kloter penuh dan 3 kloter gabungan akan tiba di Makkah sepanjang hari ini sampai besok,” terang Kasi Kedatangan dan Pemulangan M. Ismail Aini, Kamis (17/09) pagi. Ketiga belas kloter penuh tersebut adalah:
1. Dua kloter dari Embarkasi Jakarta – Pondok Gede  (JKG), yaitu: JKG 38 (455 jamaah/perkiraan tiba 03.10 WAS/pemondokan 801), dan JKG 39 (433 jamaah/perkiraan tiba 01.10 WAS/pemondokan 201);
2. Tiga kloter dari Embarkasi Solo (SOC), yaitu:  SOC 71 (360 jamaah/perkiraan tiba 06.40 WAS/pemondokan 406),  SOC 72 (360 jamaah/perkiraan tiba 10.50 WAS/pemondokan 312), dan SOC 73 (360 jamaah/perkiraan tiba 14.50 WAS/pemondokan 312);
3. Tiga kloter dari Embarkasi Surabaya (SUB), yaitu: SUB 62 (450 jamaah/perkiraan tiba 09.35 WAS/pemondokan 702), SUB 63 (450 jamaah/perkiraan tiba 11.35 WAS/pemondokan 314), dan SUB 64 (326 jamaah/perkiraan tiba 13/35 WAS/pemondokan 314);
4. Tiga kloter dari Embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS), yaitu: JKS 66 (450 jamaah/perkiraan tiba 10.35 WAS/pemondokan 510 dan 509), JKS 67 (450 jamaah/perkiraan tiba 12.35 WAS/pemondokan 304), dan JKS 68 (278 jamaah/perkiraan tiba 14.35 WAS/pemondokan 314);
5. Satu kloter dari Embarkasi Aceh (BTJ), yaitu: BTJ 8 (393 jamaah/perkiraan tiba 12.50 WAS/pemondokan 602);
6. Satu kloter dari Embarkasi Makassar (UPG), yaitu: UPG 26 (455 jamaah/perkiraan tiba 20.40 WAS/pemondokan 201);
Adapun tiga penerbangan lainnya merupakan gabungan dari beberapa kloter sebagai berikut:
1. Gabungan BDJ 12 (230), KNO 18 (47), dan BTJ 09 (53) dengan total jamaah 330 diperkirakan tiba di Makkah 17.40 WAS dan akan menempati pemondokan 304;
2. Gabungan SOC 74 (360), SOC 75 (65), dan JKG 40 (85) dengan total jamaah 510 diperkirakan tiba di Makkah 23.30 WAS dan akan menempati pemondokan 314;
3. Gabungan UPG 27 (165) dan LOP 11 (144) dengan total jamaah 309 diperkirakan tiba di Makkah pada Sabtu (18/09) pukul 02.45 WAS dan akan menempati pemondokan 314.  (mkd/mch/mkd)
Sumber : http://www.kemenag.go.id

Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) 2015

 Kementerian Agama RI kembali membuka Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) 2015. Beasiswa ini ditujukan bagi lulusan Madrasah Aliyah binaan pondok pesantren jurusan IPA, IPS, Bahasa,dan Agama. Serta lulusan pondok pesantren muadalah dan ponpes salafiyah.

Beasiswa santri tersebut dapat dipergunakan untuk melanjutkan kuliah S1 di sejumlah perguruan tinggi dalam negeri di tanah air, di antaranya UIN Jakarta, UIN Malang, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Pendidikan Indonesia, serta sejumlah perguruan tinggi Islam lainnya seperti UIN Sunan Ampel, UIN Sunan Kalijaga, IAIN Wali Songo, dan UIN Sunan Gunung Djati. 

Tahun ini ada sekitar 300 kursi yang disediakan untuk beasiswa santri 2015. Santri yang mendaftar adalah hasil seleksi administratif dari masing-masing ponpes. Peserta akan mengikuti seleksi tertulis di masing-masing di setiap Kanwil Kemenag yang digelar sekitar Mei 2015.

Sasaran:
a. Lulusan Madrasah Aliyah (MA) Tahun 2015 binaan Pondok Pesantren jurusan IPA, IPS, Bahasa, dan Agama
b. Lulusan Pondok Pesantren Muadalah (PPM) dan Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Penyelenggara Paket C Tahun 2014 dan 2015
c. Masing-masing jurusan dapat memilih bidang program studi pada perguruan tinggi yang sudah ditentukan

Pendaftaran:
Santri yang diajukan oleh pondok pesantren untuk mengikuti Seleksi Calon Peserta PBSB Tahun 2015 dapat melakukan pendaftaran secara online melalui laman pondokpesantren.net/pbsb

Jika anda sudah mempunyai akun, anda dapat mengisi/memperbaharui/melakukan finalisasi/mengunduh formulir registrasi dengan melakukan LOGIN menggunakan akun yang dimiliki.

Pendaftaran dimulai pada 1 s.d 20 April 2015 (ditutup pukul 16.00 WIB). Silakan unduh daftar nomor kontak pengelola PBSB kantor wilayah masing-masing provinsi. Anda dapat menghubungi untuk informasi lebih lanjut. Pengumuman hasil seleksi akan disampaikan 4 Juni 2015. 

Sumber bacaan: http://www.beasiswapascasarjana.com

Imron Fatoni, Seniman Kaligrafi Kontemporer dari Kota Batu

Karya Mushaf Nusantara Dikoleksi Eddy Rumpoko dan Jinung
Sebelum berbelok menjadi pelukis kaligrafi kontemporer, Fatoni belajar melukis realis kepada Kubu Sarawan. Ia termotivasi menekuni kaligrafi karena ingin berkesenian sambil berdakwah.
ARIS SYAIFUL ANWAR
Ruang tamu rumah Imron di Jalan Mawar Merah, persis di belakang pondok pesantren Manba’ul Ulum Dusun Sukorembug Desa Sidomulyo terlihat adem. Bukan hanya karena tanaman bunga yang ada di halaman, suasana juga terbangun dari dua lukisan kaligrafi kotemporer berukuran besar. Satu kaligrafi ayat kursi dan sebuah lagi kaligrafi surat terakhir surat Al Baqarah.
Fatoni yang mengenakan baju koko putih lengan pendek dipadu sarung hijau sedang duduk santai di ruang tamu. Sambil sesekali menyeruput kopi, dia bercerita aktivitas melukis, mulai dari realis hingga kaligrafi kotemporer.
”Hingga sekarang di sela-sela kesibukan mengajar, saya tetap melukis realis dan kaligrafi kotemporer,” kata guru seni rupa di SMP Raden Patah ini.
Bapak 41 tahun ini mengenal kaligrafi dari  KH Nuryasin yang sekarang menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batu. Sejak kecil sudah mempelajari khath (seni kaligrafi) Arab. Sehingga semakin tertarik untuk mempelajarinya.
Setelah lulus dari SMAI Hasyim Asy’ari, Imron belajar melukis ke Kubu Sarawan di pondok seni yang sekarang menjadi galeri Raos. Ia satu angkatan dengan seniman lainnya, seperti Fadjar “Salewo”. Fatoni belajar melukis realis.
Setelah tiga bulan belajar, ia sudah mendapat tawaran melukis. Lukisan realis yang pertama adalah tokoh revolusi Iran Ayatullah Khomeini. Hingga sekarang lukisan tersebut dia simpan sebagai kenang-kenangan.
Pada tahun 1993 hingga 2002, Fatoni mengikuti pendidikan non formal di pondok pesantren Slatri Kasembon selama 7 tahun. Selanjutnya meneruskan mondoknya di Lirboyo selama 2 tahun. ”Saya di sela-sela mondok masih menyempatkan melukis, namun belum kaligrafi kotemporer,” kata bapak yang hobi memelihara burung kenari ini.
Pada 1996, ia pernah masuk dalam 30 seniman yang terpilih mengikuti pameran di Sarinah Plaza. Dia mengikuti seleksi pelukis muda Malang Raya bersama Abdul Rokhim, pelukis realis asal Sidomulyo.
Fatoni mulai mendalami kaligrafi pada 2004. Ia termotivasi oleh lingkungan yang membentuknya dekat dengan kaligrafi. Seperti keluarga dan pondok pesantren. Ia juga termotivasi seniman lainnya yang menyarankan untuk menjadi seniman kaligrafi. Karena di Kota Batu belum ada yang menjadi seniman kaligrafi.
Selain itu, menurutnya melalui kaligrafi, bisa sebagai media dakwah. Apabila ada umat Islam yang kesulitan menyampaikan dakwah melalui lisan, bisa menggunakan media tulisan kaligrafi.
Dengan motivasi itu, ia tak lagi melukis kaligrafi seenaknya. Dia berusaha mempelajari kaidah yang dianut seniman kaligrafi seluruh  dunia. Dalam satu karya tidak hanya satu jenis kaligrafi, namun lebih dari satu. Kemudian diberi motif-motif di dalamnya.
”Saat itu saya pelajari kaligrafi yang mengikuti pola-pola kaidah yang sudah ditentukan dengan ketat, yakni bentuk yang tetap berpegang pada rumus-rumus dasar kaligrafi (khath) yang baku,” kata dia.
Fatoni menyebutkan ada tujuh jenis khath, yaitu Naskhi, Tsulusi, Diwani, Kufi, Farisi, Diwani Jali, Tiq’ah. Semuanya itu dia pelajari satu persatu, kemudian dikombinasi dalam satu karya sehingga melahirkan kaligrafi kotemporer.
Untuk menguatkan aliran kontemporer itu, kaligrafi digoreskan pada kanvas, dilukis-lukis sedemikian rupa, diberi kombinasi warna beragam, dan tidak terikat satu khath.
Karya kaligrafinya berjudul mushaf nusantara dibeli Eddy Rumpoko. Kaligrafi itu dibuat 2011, berisi kaligrafi surat Al-Fatihah dan awal surat Al-Baqarah dengan ukuran 100 X 200 centimeter. Kaligrafi itu dipamerkan di galeri Raos. ”Tapi sudah dilirik Pak Wali dan langsung dibeli. Padahal pameran masih kurang 4 hari. Langsung dibawa pulang Pak Wali, kata sarjana syariah Universitas Islam Malang (Unisma) lulusan 2006.
Mantan Wakil Wali Kota Batu Budiono juga tertarik dengan kaligrafi kontemporer karyanya. Termasuk Pjs Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Batu Zainul Arifin “Jinung” juga melirik karya kaligrafinya. ”Satu bulan yang lalu pak Jinung mengapresiasi karya saya,” kata Fatoni yang menolak menyebutkan harga karya kaligrafinya.
Berkat kemampuannya di bidang kaligrafi, pada 2007 dan 2009 ia menjadi hakim penulisan Al Qur’an dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) Provinsi Jawa Timur. ”Sebuah kebanggaan tersendiri, bisa menjadi dewan hakim,” kata Fatoni.
Ke depan, suami dari Anis Naila Khusna ini bercita-cita membuat pameran tunggal yang isinya karya kaligrafi kotemporer. Sehingga ia bisa berdakwah melalui sebuah lukisan. Dia juga membuka sanggar di rumahnya untuk belajar kaligrafi. Sudah tiga tahun ini ia juga mengajar di MAN 2 batu mengenai kaligrafi. Saat ini dia juga aktif pembinaan di Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kota Batu. (*/yos)
Sumber bacaan : http://radarmalang.co.id

Penjelasan KH Said Aqil Siraj Terkait Jenggot Yang Dipelintir Netizen





Berikut video Penjelasan KH Said Aqil Siraj Terkait Jenggot Yang Dipelintir Netizen



Sumber : https://www.youtube.com

Pidato Pengukuhan Kepengurusan PBNU Periode 2015-2020


Oleh Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj

Hadirin yang dirahmati Allah, 
Islam menegaskan tentang pentingnya organisasi, jam’iyyah yang mampu menghadirkan kemaslahatan ummat. Menyatukan komitmen untuk menegakkan maslahat, merupakan tujuan dari ibadah sosial yang diserukan Islam. 
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ
Tidak ada kebaikan, pada kebanyakan pembicaraan-pembicaraan rahasia mereka, kecuali untuk menyuruh manusia memberi sedekah, atau menghadirkan kebaikan, atau mengupayakan perdamaian antara umat manusia (QS, An-Nisa: 114). 
Islam menyerukan pentingnya menghadirkan kemaslahatan umat sebagai wujud dari peran penting kaum muslim. Kita menyelenggarakan diskusi, rapat, musyawarah maupun berorganisasi, tidak ada baiknya di hadapan Allah, kecuali dengan tiga hal:

Pertama, أَمَرَ بِصَدَقَة. Islam menyerukan komitmen warga muslim untuk bersama-sama mengentaskan kemiskinan. Harakah islamiyyah (gerakan keislaman) perlu difokuskan untuk menghadirkan kesejahteraan. Kemiskinan akan mendorong umat menjadi lemah, dekat dengan kekufuran. Indonesia sebenarnya kaya raya, dikenal sebagai negeri zamrud khatulistiwa, yang di dalamnya terdapat pelbagai kekayaan alam; ragam fauna, tumbuhan, mutiara-mutiara hingga material tambang di perut bumi. Inilah yang harus dikelola sebagai kekayaan bangsa. 
يقول الرسول صلى الله عليه وسلم  الناس شركاء في ثلاث الماء والكلأ والنار
“Rasulullah bersabda, ada tiga sumber energi yang menjadi milik bersama, yakni air, api dan hutan.”

Tentu saja, sabda Rasulullah ini harus menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menegakkan bangsa yang berdaulat. Kedaulatan politik, ekonomi dan kebudayaan memerlukan komitmen kedaulatan energi. Sumber air yang melimpah, mutlak untuk kesejahteraan rakyat. Kekayaan minyak dan bahan tambang, harus menjadi sumber kedaulatan energi. Hutan-hutan yang luas, wajib dikelola untuk kemaslahatan bangsa ini. Dari kekayaan melimpah di negeri ini, ternyata masih banyak warga yang miskin. Tidak hanya miskin harta, namun juga miskin mental. Untuk itu, perlu ada dorongan sekaligus kebijakan untuk membuka lapangan kerja yang luas, yang memberi kesempatan bagi kader terbaik bangsa ini. Pembenahan mental mutlak dilakukan, agar kita mampu berkarya dan berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain.

Rumusan dasar negara, dalam Pasal 33 UUD 1945 mengingatkan kita tentang betapa pentingnya energi sebagai modal untuk mensejahteraan rakyat. Intinya, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang dikejar, akan tetapi yang lebih penting adalah pemerataan kesejahteraan. Pada titik ini, kebijakan strategis pemerintah menjadi kuncinya.

Kalau prinsip kepemimpinan dan tujuan kesejahteraan rakyat tidak sejalan-beriringan, maka ancamannya adalah kerusakan di segala bidang, yang menimbulkan murka dari Sang Pencipta Jagad Raya, Allah Subhanahu wata’ala.
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّبَلْ أَتَيْنَاهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُون
Kalau sekiranya kebenaran tunduk kepada kehendak hawa ¬nafsu mereka, niscaya rusaklah semua langit dan bumi dan segala apa yang ada di dalam¬nya. Bahkan Kami berikan ke¬pada mereka itu al-Quran untuk kehormatan sebutan mereka, namun mereka tetap berpaling dari kehormatan itu (QS: Al-Mu’minun: 71).

Hadirian sekalian, yang berlimpah Berkah 

Kedua, أَوْ مَعْرُوف. Kebaikan-kebaikan yang menghadirkan harapan. Islam menegaskan tentang pentingnya pengetahuan untuk membangun peradaban. NU berkomitmen untuk terus mengabdi dalam mencerdaskan bangsa dan menyehatkan warga. Dalam hal ini, sudah berlangsung di pelbagai penjuru negeri, pendirian Universitas-Universitas Nahdlatul Ulama, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Rumah Sakit yang menjadi bukti kongkret kiprah NU.

Komitmen untuk menghadirkan kecerdasan, hanya dapat tercapai dengan jalan ketaqwaan. Revolusi mental bangsa hanya dapat digapai dengan moral dan keteladanan. Gerakan mencerdaskan otak, menyegarkan mental, dan menjernihkan hati, akan mendorong lahirnya individu yang shalih, sekaligus juga masyarakat yang shalih. Bangsa yang paling mulia di hadapan Allah, ialah bangsa yang bertaqwa. 

وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“…. dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al Hujurat: 13)

Ketaqwaan inilah yang menjadi inspirasi bagi kalbu dan penjernih pikiran. Gerakan intelektual dan strategi kedaulatan, haruslah diiringi dengan kejernihan hati, kecerdasan moral, dan keteguhan mental. Allah menjanjikan derajat yang tinggi, maqaaman mahmuuda, bagi orang-orang dan bangsa yang memiliki keunggulan pengetahuan. 
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS: Al-Mujaadalah: 11)

Upaya mencerdaskan generasi bangsa, adalah tugas strategis yang menjadi darma bakti warga nahdliyyin. Sejarah panjang hadirnya pesantren di negeri ini, menjadi penanda betapa kiai terdahulu sudah berkiprah dalam membangun pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat. Islam tidak hanya memikirkan aspek teologi maupun ritual semata. Al-islamu dinul tsaqofah wal hadharah wal insaniyyah. Islam adalah agama yang membangun pengetahuan, peradaban dan kemanusiaan. Mencerdaskan bangsa, sekaligus menyehatkan fisik dan mentalnya, tubuh dan jiwanya, merupakan komitmen bersama yang digariskan NU, sebagaimana teladan dari para kiai pendiri organisasi ini.

Tentu saja, pemerintah tidak mungkin menangani semua aspek dalam kehidupan warga negeri ini. NU sebagai jama’ah (komunitas) sekaligus jam’iyyah (organisasi) berkomitmen untuk membantu mencerdaskan warga negeri ini, agar mampu meraih kesejahteraan. Komitmen kami, terbukti dalam bidang pendidikan serta ekonomi kerakyatan.

Ketiga, أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ. Menjadi jembatan islah, rekonsiliasi antar masyarakat. Islam mengajarkan tentang pentingnya maslahah ‘ammah, kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. NU telah membuktikan, dalam sejarah panjangnya, sebagai mediator dalam konflik-konflik kemanusiaan, maupun sengketa kebangsaan. Hadratus Syaikh Hasyim Asy’arie, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Wahid Hasyim, dan beberapa kiai NU lainnya, selalu menjadi penengah dalam situasi konflik.

Kiai Hasyim Asy’arie menjadi pejuang sekaligus penengah di awal masa kemerdekaan bangsa ini. Beliau dengan ikhlas memberikan  tongkat kepemimpinan negara kepada Soekarno, yang ia beri restu untuk mengawal NKRI. Kiai Wahab Chasbullah menjadi mediator dalam himpitan kolonial, untuk memperjuangkan kepentingan warga negara Indonesia. Kiai Wahid Hasyim, menjadi jembatan aspirasi antar kelompok, dalam masa awal kemerdekaan republik ini. Kiai-kiai lain juga berperan untuk tujuan yang sama, dalam ruang dan peran yang berbeda-beda. Tentu, dalam konteks sekarang, NU hadir sebagai mediator untuk menjaga kesatuan bangsa dan mengukuhkan NKRI, bahkan juga dalam sengketa agama dan kemanusiaan di dunia internasional.

NU tanpa pretensi politik praktis, selalu berperan menjadi perekat bangsa, mengawal utuhnya NKRI. Kiranya, jelas rumusan kebangsaan yang dapat menjadi referensi, sebagaimana termaktub dalam PBNU: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Untuk itu, NU sekali lagi menyerukan kepada pemerintah untuk berpegang kepada konstitusi, teguh pada dasar negara. 
تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة
“Kebijakan seorang pemimpin mestilah merujuk pada kemaslahatan bersama.”
Konsep kepemimpinan ini bermakna substansial, sesuai dengan kaidah fiqh as-siyasah, yang tercermin dalam kitab al-Asybah wa an-Nadhair. Pemimpin mestilah berpegang pada prinsip untuk mensejahterakan rakyatnya, menyebar optimisme dan menghadirkan teladan kebaikan.

Nahdlatul Ulama selalu berkomitmen untuk mengawal negara, agar tidak terpecah belah dalam kepentingan rasial, etnik maupun manuver-manuver politik kelompok tertentu. Dalam sejarah Nahdlatul Ulama menjelang Satu Abad ini, organisasi ini bergerak dalam bidang-bidang strategis yang menghadirkan kemaslahatan untuk umat.


Jakarta, 5 September 2015

Dokumentasi Foto Pondok Pesantren