Banyak
kalangan menyebut komunitas pesantern sebagai komunitas terpinggir,
terbelakang, kaum kolot, kaum desa. jauh dari kemajuan zaman. Bahkan, pesantren
dituduh menghambat kemajuan zaman. Tudingan miring ini semakin hari semakin
beragam dan melebar, bahkan kerap disebut sebagai sarang teroris. Bahkan hingga
kini, tudingan itu terus tertuju pada pesantren sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran yang berbasis nilai (value) itu
sebagai penghambat kemajuan.
Tudingan
diatas akibat kekeliruan dalam memahami arti 'kemajuan' itu sendiri. Jika
sedari awal sudah keliru, maka kekeliruan berikutnya akan terus berlanjut
hingga pada titik salah kaprah. Kemajuan adalah sebuah titik dimana seseorang
sudah semakin dekat dengan tujuan yang hendak dicapai.
Maka
tujuan utama pesantren adalah pendidikan dan pengajaran pembentukan karakter
dan pengembangan nalar menuju kebahagiaan dunia akherat. Maka semakin dekat
mereka dengan kebahagian itu, maka mereka telah mencapai yang disebut sebagai
'kemajuan' itu sendiri.
Sayangnya,
ukuran kemajuan zaman ini telah berubah. Kebanyakan orang memaksakan bahwa
ukuran kemajuan semata-mata diukur dari keberhasilan bernilai duniawi saja yang
jelas bertolak belakang dengan tujuan pesantren.
Kenyataan
sejarah menyebutkan; Pondok Pesatren merupakan Pusat Transformasi Ajaran Islam
tertua di Indonesia dengan sistem lingkungan pendidikan yang integral, menurut
Agus Sunyoto ada dua hal yang dilakukan sekaligus oleh Pondok Pesatren Sebagai
Lembaga Pendidikan; (1) Proses Pendidikan; dengan Pendidikan Pondok Pesatren
melakukan Pembentukan karakter dan, (2) Proses Pengajaran; dengan Proses
Pengajaran Pondok Pesatren melakukan pengembangan nalar.
(Disarikan dari ceramah Gus Hazim Sirojuddin pada Reuni Ke-16 Hisam Baskoro, 25 Juli 2015 di Karanganom Weleri Kendal). [foto: id.wikipedia]
0 komentar:
Posting Komentar